Wednesday, February 14, 2007

KETIDAKPASTIAN SELALU ADA

Ketidakpastian selalu menyertai apa yang kita lakukan.

Kita tidak tahu rencana Allah.

Itulah yang sering menjadi sumber ketakutan seseorang saat akan mengejar mimpinya. Hal ini juga yang menyebabkan orang takut untuk mengadakan perubahan pada dirinya, karena apa yang akan terjadi setelah perubahan tidak bisa dipastikan. Terutama ketakutan ini sering muncul saat kita akan meninggalkan zona nyaman kita.

Padahal ketidakpastian tidak selalu karena kita bertindak atau melakukan sesuatu perubahan. Kita diam pun, kita tidak bertindak pun ketidakpastian selalu membayangi kita. Misalnya, ada seseorang yang ingin sekali berbisnis, sementara dia saat ini sebagai seorang karyawan. Dia mengurungkan niatnya karena jika dia berwiraswasta tidak pasti akan berhasil. Jika pasti berhasil dia tentu saja akan melakukannya.

Namun seandainya dia tetap menjadi karyawan apakah kepastian menyertainya…?, Tidak, dia mungkin saja dipecat, mungkin saja perusahaannya bangkrut. Jadi apapun pilihan Anda, ketidak- pastian selalu menyertai Anda.

Itulah kehendak Allah, menjadikan sesuatu dengan dua cara, yaitu dengan sebab akibat dan yang kedua ialah menjadikan sesuatu tanpa sebab akibat. Ini juga selaras dengan perintah Allah untuk tetap berikhtiar dan juga dibarengi dengan tawakal.

Oleh karena itu janganlah kita menjadikan alasan ketidak pastian sebagai alasan kita untuk tidak bertindak, karena bagaimanapun Anda dan apapun yang Anda lakukan ketidakpastian selalu saja ada.

Diam tidak pasti, bertindak tidak pasti....

kalau begitu mendingan kita bertindak.

Oleh Rahmat

TERNYATA BAHAGIA DAN SENGSARA ADALAH SEBUAH PILIHAN

Reframing adalah upaya untuk membingkai ulang sebuah kejadian, dengan mengubah sudut pandang. Orang sering menyebutnya berpikir positif. Petik manfaatnya, ambil hikmahnya.

Maka, sesuatu yang negatif bisa tampak bermanfaat dan membahagiakan. Istri yang cerewet, misalnya, tentu ada sisi positif yang bisa dipetik. Sebab, menurut riset, kecerewetan itu membuat anak-anaknya cenderung punya kosakata lebih kaya dan variatif.

Cerita lain diungkap Wiwoho tentang seorang bankir yang keras kepala. Istrinya sangat penurut dan manis terhadap anak-anaknya. Ia punya seorang gadis yang punya sifat kombinasi ayah-ibu. Gadis itu menganggap ayahnya jahat sedangkan ibunya paling baik di dunia. Anehnya, si gadis punya perilaku seperti ayahnya: keras kepala!

Yang jadi soal, pria ini menyalahkan istrinya yang dianggap tak mampu mendidik sehingga anak gadisnya keras kepala. Dan, ia tak menyukai perilaku itu. Problem ini dikonsultasikan pada seorang terapis. Lalu bankir itu diminta mencermati anak gadisnya yang keras kepala dan hidup mandiri.

Keras kepala itu, ''Sesuatu yang bisa menyelamatkan kehidupannya kelak. Bayangkan, betapa berharganya pelajaran Anda bila pada suatu saat anak gadis Anda diajak kencan pria yang bermaksud jelek. Dia akan menolak satu kali, 10, atau 1.000 kali dengan mengatakan 'tidak'. Karena dia keras kepala, sekali bilang 'tidak' akan tetap tidak selamanya,'' ujar si terapis.

Bum!

Bankir itu tersentak. Seketika ia ''mengubah'' sudut pandang. Si anak sendiri tidak berubah. Dunia tidak berubah, tapi persepsi kita yang berubah. Walhasil, senangkah Anda punya anak keras kepala? Tentu saja senang, kalau konteksnya dia mempertahankan religiusitas, nilai-nilai moralitas, dan harga diri.

Memang, ada sisi rasional dan ada sisi spiritual. Ini kisah seorang ustad tentang seorang prajurit yang mengeluh bergaji kecil, sementara keluarganya menuntut sejahtera. Tapi ia tak sudi dijuluki ''batalyon 701'' alias dating pukul 07.00 untuk apel, setelah itu kosong karena ngobyek, dan pukul satu siang kembali untuk apel pulang.

Tuntutan ini diperparah oleh putra si prajurit yang minta dibelikan motor. Si ustad yang juga tentara itu menyarankan agar si prajurit mengolah saja lahan kosong di belakang asrama. ''Hasilnya bisa untuk kamu,'' katanya.

Oke. Kebun itu ditanami dengan semangka. Tiap hari disirami dan dirawat. Celakanya, begitu semangka mau dipetik, sekelompok babi hutan mengacak-acak.Ratusan buah semangka dedel-duel. Prajurit itu lemas, mau nangis. Cobaan hidup tiada habis. Sepertinya, Tuhan tidak merestui. Mau membahagiakan anak saja, kok, susah!

Berminggu-minggu ia membangun harapan, musnah semalaman oleh babi hutan. Menghadapi ''gugatan'' itu, si ustad melihat dari sini lain. Kegagalan panennya itu bukan bentuk kemurkaan Allah. ''Ini justru cinta Allah pada keluarga Bapak. Mahal mana, semangka atau anak Bapak,'' tanya ustad. Anak SLTP semata wayang itu tentu lebih disayangi.

''Seandainya buah semangka itu jadi dipanen, dan hasilnya dibelikan motor, apa tidak malah membuat repot? Motor ini pasti dipakai kebut-kebutan bersama teman-temannya,'' kata si ustad. Motor itu bisa mencelakainya. Mulut bapak dan anak itu seakan terkunci. Gugatannya pada Allah jadi cair.

Hidup ini memang pilihan.

Bahagia atau sengsara juga pilihan.

Namun rasanya lebih sreg bila bukan hanya disikapi dari sisi rasio, juga spiritual yang melibatkan nurani.

WORTEL,TELUR ATAU BIJI KOPI .?

WORTEL,TELUR ATAU BIJI KOPI .?

Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan yang lain muncul.

Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panic dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel, ke dalam panic kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata. Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya.

Setelah sekitar dua puluh menit, ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam mangkok. Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir. Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya, dan bertanya: "Sayangku, apa yang kaulihat?"

"Wortel, telur, dan kopi," jawab anaknya.

Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum.

Dengan rendah hati ia bertanya "Apa artinya, bapa?" Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak.

"Yang mana engkau, anakku?" sang ayah bertanya. "Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?"

"Bagaimana dengan ANDA, sobat?"

Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah,dan kehilangan kekuatan?

Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan,perceraian, atau pemecatan, Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah Anda menjadi pahit, tegar hati,serta kepala batu?

Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100 derajat celcius . Ketika air menjadi panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi, maka ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang

terburuk sekalipun Anda dapat menjadi lebih baik dan juga membuat suasana disekitar Anda menjadi lebih baik.

Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi?

Allah Swt tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya.

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan.Maka, ia bertanya kepada Allah. "Ya Allah, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?".

Allahpun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu." Si kecil bertanya lagi, "Tapi, disini, di surga ini, aku tak berbuat apa apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia. Allahpun menjawab, "Tak apa, malaikatmu itu, akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia." Namun si kecil bertanya lagi, "Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?

Allahpun menjawab, "Malaikatmu itu, akan membisikkanmu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia." Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu, ya Allah?"

Allahpun kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa." Lagi-lagi, si kecil menyelidik, "Namun, aku mendengar, disana, ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?

Allahpun menjawab, "Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentinganya sendiri untuk keselamatanmu." Namun, si kecil kini malah sedih, "Ya Allah, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi.

Allah menjawab lagi, "Malaikatmu, akan selalu mengajarkamu keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu."

Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. "Ya Allah, aku akan pergi sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yangakan melindungiku...."

Allahpun kembali menjawab. "Nama malaikatmu tak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu..."

IBU YANG BAEK

Ibu mengajarkan tentang agama:

"Sebaiknya kamu berdoa mudah-mudahan ayahmu tidak marah kalau tahu."

Ibu mengajarkan untuk menerima:

"Lihat saja nanti, kamu akan menerima akibatnya."

Ibu mengajarkan logika:

"Jangan naik pohon tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh dan kakimu patah, kamu nggak bisa ikut Mama jalan-jalan ke mal."

Ibu mengajarkan tentang kecelakaan:

"Ya ampunnn, kamarmu seperti kapal pecah!"

Ibu mengajarkan tentang kesehatan:

"Kalau kamu menjuling-julingkan matamu seperti itu, nanti kamu jadi juling beneran lho."

Ibu mengajarkan genetika:

"Kamu persis seperti ayahmu!"

Ibu mengajarkan proses pendewasaan seseorang:

"Ayo makan sayurnya biar cepet gede."

Ibu mengajarkan tentang keadilan:

"Nanti kalau kamu sudah besar, menikah dan punya anak, mudah-mudahan anakmu persis seperti kamu agar kamu tahu bagaimana rasanya...."

Ibu mengajarkan empati:

"Jutaan anak-anak menderita kelaparan di dunia ini, jadi kamu harus bersyukur tidak kekurangan apa-apa. Ayo minum susunya!"

MENIKMATI KEBOSANAN

Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan. Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya. Tamu: "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"

Pak Tua: "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan,mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu: "Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua: "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Kamu: "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua: "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu: "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu: "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua: "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua: "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalahmenulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil

berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya." Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu: "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua: "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu: "Contohnya?"

Pak Tua: "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu: "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan.

Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala Sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmuyang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

AYAM DAN SAPI

"Kenapa sih", kata seorang kaya pada pelayannya, "orang-orang mengataiku pelit. Padahal semua orang kan tahu kalau aku wafat nanti, aku akan memberikan semua yang aku punya pada yayasan social dan panti asuhan?" "Akan saya ceritakan fabel tentang ayam dan sapi," jawab pelayannya. "Sapi begitu populer, sedangkan sang ayam tidak sama sekali. Hal ini sangat mengherankan sang ayam. 'Orang-orang berkata begitu manis tentang kelemahlembutan dan matamu yang begitu memancarkan Penderitaan', kata ayam pada sapi. 'Mereka mengira kamu begitu murah hati, karena tiap hari kamu memberi mereka krim dan susu. Tapi bagaimana dengan aku? Aku memberikan semua yang aku punya. Aku memberikan daging ayam. Aku memberikan bulu-buluku. Bahkan mereka memasak dan membuat sup dengan kakiku untuk kaldu. Tidak ada yang seperti itu. Kenapa sih kok bisa begitu ?'"

"Apakah anda tahu apa jawaban sang sapi?", kata pelayan.

"Sang sapi berkata, 'Mungkin karena aku memberikannya sewaktu aku masih hidup.'"

KETIKA KITA HARUS MEMILIH

Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik, ia mempunyai banyak sekali emas dan kuningan, karena terlalu banyak sehingga antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu. Suatu hari raja yang baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya, dia membuka gudangnya lalu mempersilakan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka.

Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali di bedakan, mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat, namun ada peraturan dari sang raja, yaitu apabila mereka sudah memilih dan mengambil satu dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi.

Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yang mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja dikebun raja dan merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja akan menambah dan memberikan kadar karat itu sedikit demi sedikit. Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat, dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu, waktu yang diberikan kepada mereka semua ialah satu setengah hari, dengan perhitungan setengah hari untuk memilih, setengah hari untuk merenungkan, dan setengah hari lagi untuk memutuskan.

Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tersebut, karena tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka. Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kepada salah seorang rakyatnya, "apa yang kau amat-amati, sehingga satu setengah hari kau habiskan waktumu disini?", jawab orang itu "tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu", lalu tanya prajurit itu lagi "seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya?, sedangkan waktumu sangat terbatas", jawab orang itu lagi "tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada di tanganku begitu waktuku habis".

Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya, bertanyalah prajurit itu kepadanya "hai orang kaya apa yang kau cari disini, bukankah engkau sudah lebih dari cukup?" ,jawab orang kaya itu "bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini, tentu saja itu berarti menambah keuntunganku".

Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak olehnya seseorang, yang sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya, lalu dihampirinya orang itu "mengapa engkau diam di sini?, tidakkah engkau memilih emas-emas itu? atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu?",mendengar perkataan prajurit itu, orang ini hanya diam saja, maka prajurit itu bertanya lagi "atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?", orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran, lalu ia lebih mendekat lagi "tidakkah engkau mendengar pertanyaanku?",

Sambil menatap prajurit, orang itu menjawab "tuan saya ini orang miskin, saya tidak pernah tahu mana yang emas dan mana yang kuningan, tetapi hati saya memilih emas ini, sayapun tidak tahu, berapa kadar emas ini, atau jika ternyata emas ini hanya kuninganpun saya juga tidak tahu", "lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka, atau kepadaku kalau engkau tidak tahu" tanya prajutit itu lagi. "Tuan emas dan kuningan ini milik raja, jadi menurut saya hanya raja yang tahu, mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang 1 karat dan mana yang 24 karat. Tapi satu hal yang saya percaya janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas itu yang lebih penting" jawabnya lugu. Prajurit ini semakin penasaran "mengapa bisa begitu?", "bagi saya berapapun kadar karat emas ini cukup buat saya,karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung untuk membeli emas tuan" prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya "lagi pula tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yang sudah saya ambil", "tidakkah engkau mengambil emas-emas yang lain dan menukarkannya sekarang, selagi masih ada waktu?" tanya prajurit lagi,"saya sudah menggunakan waktu itu, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan, jika saya gantikan emas ini dengan yang lain, belum tentu saya mendapat yang lebih baik dari punya saya ini, saya memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yang murni".

Tak lama lagi lonceng istana berbunyi,tanda berakhir sudah kegiatan mereka. Lalu raja keluar dan berdiri di tempat yang tinggi sambil berkata "wahai rakyatku yang kukasihi, semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang telah kuberikan, sesuai dengan perjanjian, tidak seorangpun diperbolehkan menukar ataupun menyia-nyiakan hadiah itu, jika didapati hal di atas maka orang itu akan mendapat hukuman karena ia tidak menghargai raja" kata-kata aja itu disambut hangat oleh rakyatnya. Lalu sekali lagi di hadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal "dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu, hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan, dan hanya akulah yang dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu, tetapi sayang sekali hanya satu orang yang datang kepadaku untuk menanyakannya". Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya, dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.

Dikutip dari :Kumpulan Sharing dan Cerpen Judul Asli : When We Have to Choice

Berharap melalui alkisah di atas kita dapat merefleksi diri dalam mencari pasangan hidup:

1. Bagi yang sedang mencari pasangan alias cari pacar (setengah hari untuk memilih) Memilih memang boleh tapi manusia tidak ada yang sempurna, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja, jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu, artinya setiap manusia milik Allah jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNya tentang pasangan Anda.

2. Bagi yang telah memperoleh pasangan tapi belum menikah (setengah hari untuk merenungkan) Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat,ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat. Di luar, memang kita dihadapkan dengan banyak pilihan, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi, akan tetapi pada saat kita sudah mendapatkannya, belum tentu waktu kita melepaskannya kita mendapat yang lebih baik. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara objektiv siapa dia (karena itu keterbukaan dan komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan), dan menyelaraskan hati Anda bersamanya, begitu Anda tahu tentang hal terjelek dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik, dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah, tinggal bagaimana Anda menerimanya, Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak, "cinta selalu berjuang", dan jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda, justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (tidak pernah bertengkar mungkin) Anda malah harus berhati- hati, karena ini adalah hubungan yang tidak sehat, berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda, yang terpenting adalah niat baik diantara pasangan, sehingga dengan komitmen dan cinta, segala sesuatu selalu ada jalan keluarnya. Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi pertimbangkan dengan baik hal ini.

3. Bagi yang telah menikah (setengah hari untuk memutuskan) Dalam tahap ini, siapapun dia berarti anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya, jangan berfikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda, jika ini terjadi berarti Anda egois, sama halnya dengan orang kaya di atas, dan dengan demikian Anda tidak pernah puas dengan diri pasangan Anda,maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri,jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya, dan menambah kadar karat pada emasnya. Jadi percayalah kalau Allah pasti akan memperhatikan Anda, dan Dia yang paling berkuasa mengubah setiap orang. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapankita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi dan bercerai lagi???, ingatlah si dia adalah hadiah, siapapun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda, ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau meyia-nyiakan emas Anda, jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana hadiah terindah yang telah Allah berikan. Dan apapun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Allah, karena Dia yang memiliki hati setiap manusia.

BELAIAN NAN LEMBUT

Michael dan aku tidak tahu kapan pelayan meletakkan piring-piring di meja kami. Waktu itu kami duduk-duduk di sebuah restoran kecil, terlindung dari kesibukan Third Street, New York City. Aroma blintze yang baru saja disajikan tidak mengusik keasyikan kami mengobrol. Malahan, blintze itu lama kami biarkan terendam dalam krim asam. Kami terlalu asyik mengobrol sampai lupa makan. Obrolan kami seru sekali, meskipun yang diobrolkan tidak penting. Kami tertawa-tawa membicarakan film yang kami tonton malam sebelumnya dan berdebat tentang makna di balik teks yang baru saja kami pelajari untuk seminar sastra.

Dia bercerita waktu dia mengambil langkah penting menuju kedewasaan, yaitu hanya mau dipanggil Michael dan pura-pura tidak Mendengar bila dipanggil "Mikey". Waktu umur dua belas atau empat belas? Dia lupa, tetapi dia ingat ibunya menangis dan berkata bahwa dia terlalu cepat menjadi dewasa. Ketika kami mencicipi blueberry blintzes, aku bercerita dulu aku dan kakakku suka memetik blueberry liar kalau mengunjungi sepupu-sepupu kami yang tinggal di desa. Aku ingat, aku selalu memakan habis bagianku sebelum pulang ke rumah dan bibiku selalu memperingatkan bahwa perutku pasti akan sakit sekali. Tentu saja, itu tak pernah terjadi. Sementara obrolan kami yang menyenangkan terus berlanjut, pandanganku melayang ke seberang ruangan dan berhenti di sudut. Sepasang orang tua duduk berduaan di pojok itu. Si wanita mengenakan rok bermotif bunga yang sudah pudar, sama pudarnya dengan bantal tempat dia meletakkan tas tangannya yang kusam. Puncak kepala si lelaki mengkilat seperti telur rebus yang sedang dia nikmati pelan-pelan. Wanita itu mengunyah oatmeal-nya pelan-pelan juga, nyaris dengan susah payah. Tetapi yang membuat pikiranku teralih kepada mereka adalah keheningan yang melingkupi mereka. Aku seakan melihat kekosongan melankolis melingkupi pojok tempat mereka duduk. Ketiak obrolanku dengan Michael mereda dari gelak tawa menjadi bisikan, dari pengakuan ke penilaian, keheningan pasangan itu mengusik pikiranku. 'Alangkah menyedihkan,' pikirku, kalau tak ada lagi yang bisa diobrolkan. Tidak adakah halaman yang belum mereka baca dalam kisah hidup masing-masing? Bagaimana kalau itu terjadi pada kami?' Michael dan aku membayar makanan lalu kami beranjak hendak meninggalkan restoran. Ketika kami melewati pojok tempat pasangan tua itu duduk, dompetku terjatuh. Aku membungkuk untuk mengambilnya, aku melihat, di bawah meja tangan mereka saling berpegangan lembut. Mereka makan dengan hening sambil bergandengan tangan! Aku menegakkan tubuhku. Aku sangat tersentuh melihat tindak sederhana namun penuh makna yang mencerminkan kedekatan hubungan pasangan itu. Aku merasa istimewa karena boleh menyaksikannya. Belaian lembut tangan lelaki tua itu pada jari-jari istrinya yang letih dan keriput mengisi tidak hanya apa yang sebelumnya kuanggap sudut yang secara emosional kosong, tetapi juga mengisi hatiku. Keheningan mereka bukanlah keheningan yang tidak nyaman, Seperti ketidaknyamanan yang selalu kita rasakan setelah mendengar sebaris lelucon atau canda-tawa waktu kencan pertama. Bukan itu. Keheningan mereka adalah keheningan yang nyaman dan rileks, itu adalah ungkapan cinta yang lembut dan tidak selalu membutuhkan kata-kata untuk mengekspresikannya.

Mungkintelah bertahun-tahun mereka bersama-sama menghabiskan jam-jam seperti ini di pagi hari. Mungkin hari ini tak ada bedanya dari kemarin, tetapi mereka menikmatinya dengan hati yang damai. Mereka saling menerima pasangannya, apa adanya. Mungkin, pikirku ketika aku dan Michael keluar dari restoran, bukan sesuatu yang buruk bila kelak yang seperti itu kami alami. Mungkin, itu akan menjadi ungkapan cinta yang lembut dan penuh kasih.

"Apa yang berasal dari hati, selalu menyentuh hati." Don Sibert

ikutip oleh: THS, Oleh: Daphna Renan

SI BEO BATUK

Sebuah cerita perenungan dari Anthony de Mello SJ menceritakan tentang seorang pelaut tua yang berhenti merokok ketika melihat beo kesayangannya menderita batuk menahun. Si pelaut merasa takut kalau-kalau asap yang berasal dari pipa rokok yang sering kali memenuhi ruangannya mengganggu kesehatan burung beo itu.

Lalu untuk memastikan, si pelaut memanggil seorang dokter hewan untuk memeriksa burung itu. Sesudah memeriksa dengan teliti, didapat kesimpulan bahwa beo itu tidak menderita psitakosis ataupun pneumonia. Burung itu hanya menirukan batuk tuannya si penghisap pipa itu.

Cara hidup seorang ayah, mau tak mau, selalu menjadi figur terdekat yang bisa dicontoh anak-anaknya, khususnya semasa mereka masih kecil. Adakah si ayah menghargai kejujuran, keterbukaan, kesetiaan, akan selalu terbaca nyata oleh anak-anaknya.

Jika si anak berlaku menyimpang, ada baiknya seorang ayah bercermin pada cara hidupnya sendiri. Apakah si anak benar-benar "menderita penyakit," ataukah ia hanya "menggemakan" apa yang ia dengar dan lihat?

BOLA MASUK KE KANTONG KERTAS

Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?

Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi. Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batangkorek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis ke dalam lobang di lapangan hijau. Bravo!..... Dia tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan.

How good we are could find out the best of us in solving problem, especially during under pressure?

RENUNGAN FILSAFAT HIDUP

Di awal tahun ajaran baru, di suatu universitas di USA, CEO Coca Cola,Brian Dyson, berbicara mengenai hubungan antara pekerjaan dan kewajiban (komitmen) hidup yang lain. "Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara. Bola-bola tersebut bernama : Pekerjaan, Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit dan kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di udara.

Kita akan segera mengerti bahwa ternyata "Pekerjaan" hanyalah sebuah bola karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul kembali.Tetapi empat bola lainnya *Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit-terbuat dari gelas.

Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka, tertandai, tergores, rusak atau bahkan hancur berkeping-keping. Dan ingatlah mereka tidak akan pernah kembali seperti aslinya. Kita harus memahaminya benar dan berusaha keras untuk menyeimbangkannya. Bagaimana caranya ? Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita special.

Jangan tetapkan tujuan dan sasaran Kita dengan mengacu pada apa yang orang lain anggap itu penting. Hanya Kita yang mengerti dan dapat merasa "apa yang terbaik untuk kita".

Jangan mengganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah padanya seakan-akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup menjadi kurang berarti.

Jangan biarkan hidup kita terpuruk dengan hidup di 'masa lampau' atau dalam mimpi masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.

Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan.Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha.

Jangan takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupaka sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain.

Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.

Jangan berusaha untuk mengunci Cinta memasuki hidupmu dengan berkata : "tidak mungkin saya temukan". Cara tercepat untuk mendapatkan cinta adalah dengan memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya sekencang mungkin, dan cara terbaik untuk menjaga agar cinta tetap tumbuh adalah dengan memberinya "sayap".

Janganlah berlari, meskipun hidup tampak sangat cepat, sehingga kita lupa dari mana kita berasal dan juga lupa sedang menuju kemana kita. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang adalah kebutuhan untuk merasa dihargai. Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu Pengetahuan adalah harta karun yang selalu dapat Kita bawa kemanapun tanpa membebani.

Jangan gunakan waktu dan kata-kata dengan sembrono. Karena keduanya tidak mungkin kita ulang kembali jika telah lewat. Hidup bukanlah pacuan melainkan suatu perjalanan dimana setiap tahap sepanjang jalannya harus dinikmati. Dan akhirnya resapilah :

MASA LALU adalah SEJARAH,

MASA DEPAN merupakan Misteri dan

SAAT INI adalah KARUNIA

Itulah kenapa dalam bahasa inggris saat ini disebut "The Present".

MELEMPAR BOLA KE DINDING

Senada dengan cara pandangan filsuf sableng dari tibet yang pernah saya baca, cuma namanya saya lupa..yang memaparkan bahwa hidup ini seperti kita melempar bola ke dinding, semakin kuat kita melempar, semakin kuat kita nerima efek pantulnya...kalau kita berbuat baik pada orang lain, kita pun akan menerima balasan perbuatan baik, mungkin bukan dari orang tersebut, begitu pula sebaliknya...kepedihan yang kita perbuat atas orang lain akan kembali ke kita

ceritannya singkatnya saat itu sang filsuf menerima kedatangan seorang jawara terkenal yang lagi mengalami kesedihan luar biasa karena ditinggal mati istrinya.... oleh sang filsuf ditanya.. "mengapa pula engkau bersedih hati", jawab sang jawara / pendekar tersebut "berbagai ragam masalah dan pertempuran telah saya lalui, berbagai kesedihan dan luka telah saya alami,semua itu tak membuat saya bersedih hati. tapi saat ini saya merasa kehilangan arah, karena saya terluka karena kehilangan wanita yang sangat saya cintai, saya sangat mencintai dirinya lebih dari mencintai diri sendiri", lalu sang filsuf menjawab.. " bukan seperti itu, sesungguhnya engkau hanyalah mencintai dirimu sendiri"

sang pendekar tersinggung dan serasa meledak kemarahannya. namun sang filsuf dengan arif meneruskan kalimatnya "jika anda mencintai seseorang, maka anda akan merelakan orang lain untuk bahagia apapun bentuk pilihan dan keadaannya..' dan seseorang dengan mudah mengakui bahwa itu dia mencintai seseorang, padahal itu hanya sebuah 'dalih' untuk menutupi sang 'super ego' nya yang merasa tidak rela kehilangan sesuatu yang membuatnya 'suka'. 'saat anda mengatakan bahwa anda mencintai seseorang. ' itu sesungguhnya anda sedang membuka diri bahwa sang super ego anda sedang menginginkan seseorang itu..dan saat kehilangan seseorang, sang super ego anda menuntut kehadiran seseorang yang membuat sang ego 'suka' tersebut. saat tak terpenuhi, tuntutan sang super ego itu membuat kehidupan tak seimbang lalu muncullah kesedihan dari sang super ego tersebut...diteruskan oleh sang filsuf

'kalau anda mencintai istri anda tersebut, anda harus mengikhlaskannya menempuh "kehidupan barunya" karena kalau istri anda masih hidup, barang kali dia tidak bahagia dengan kehidupan & pertarungan-2 anda, dengan tingkah laku anda yang banyak berkait dengan pembunuhan sesama apapun alasannya...'

belajar dari kisah tersebut rasanya kita bisa belajar bahwa "kadang kita mudah menutupi realita dengan ealita lain, alias mencari kambing hitam atas segala kegagalan dan kepedihan yang kita alami. dengan meng-atas namakan 'cinta' untuk menutupi gejolak nafsu dan keinginan sang ego kita ..

GEMA KEHIDUPAN


Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaaaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara daribalik gunung, "Aaaaahhh!!!"

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?" Ia mendengar lagi suara dari balik gunung "Hai siapa kau?" Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, "Kau pengecut..!!" Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, "Kau pengecut..!!", Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?" Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini" Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, "Aku mengagumimu..!!" Dan suara itu menjawab, "Aku mengangumimu..!!" Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang juara..!!" Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan, "Nak, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya ada makna lain di dalam kehidupan kita ini. Ia akan mengembalikan padamu apa saja yang kau lakukan dan katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita. Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak ketulusan dan kasih sayang di dunia ini, maka berikanlah ketulusan dan kasih sayang dari hatimu. Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. Maka, sebenarnya hidup ini BUKAN SUATU KEBETULAN. Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema dirimu."

diadaptasi dari: "The Echo of Life"

MAKA, KUATKANLAH KEYAKINANMU

Alkisah Luqman al-Hakim mengajak anaknya ke pasar dengan menunggang keledai. Mulanya Luqman yang naik keledai itu. Lewatlah mereka di suatu desa. Orang-orang disitu berteriak mencemooh. "Lihatlah itu, seorang Bapak yang tega pada anaknya. Udara panas begini, anaknya disuruh jalan kaki sedang Bapaknya enak-enak di atas keledai." "Catat itu anakku," kata Luqman, kemudian ganti dia yang berjalan sedang anaknya dinaikkan keledai.

Lewatlah mereka di satu desa lagi. Orang-orang di desa itu melihat mereka dengan mencemooh, "Lihat itu, jaman sudah edan, itulah contoh anak durhaka pada orang tua, anaknya enak-enak naik keledai, sedang Bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki diudara panas seperti ini." "Catat itu anakku," kata Luqman lagi.

Kini, dua-duanya berjalan kaki. Jadi iring-iringan bertiga dengan keledainya berjalan kaki. Lewatlah mereka di satu desa. Orang-orang di desa itu kembali mencemooh, "Lihat itu, orang-orang bodoh, mereka bercapek-capek jalan kaki sementara ada tunggangan keledai dibiarkan saja." "Catat itu anakku," kata Luqman.

Mereka mencari bambu panjang, dan sekarang keledainya mereka panggul berdua. Lewatlah mereka disatu desa lain. Orang-orang di situ melihat mereka dan mencemooh, "Lihat itu Bapak dan anak sama-sama gila, Keledai tidak apa-apa dipanggul. Enaklah jadi keledainya.

"Lukman berkata pada anaknya, "Catat itu wahai anakku. Kalau engkau selalu menuruti omongan orang-orang, maka tidak akan pernah benar. Maka, kuatkanlah keyakinanmu."

KALUNG ANISSA

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia Lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yangsangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi... dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya, "Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini? Ibu : boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15.000,- Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten. "Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?" Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya. "Terimakasih, Ibu" Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya, "Anisa..., Anisa sayang nggak sama Ayah?", "Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!", "Kalau begitu, buat Ayah saja kalung mutiaramu...", "Yah..., jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek...!, Itu kesayanganku juga", "Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa!". Ayah menciumpipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah?", "Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah?"., "Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu...", "Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini..", Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan Airmata membasahi pipinya... "Ada apa Anisa, kenapa Anisa .?", Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangan-nya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya, "Kalau Ayah mau...ambillah kalung Anisa.." Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih...sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...

"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya,tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau.", Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikian pula halnya dengan Allah terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita bahkan lebih naif dari Anisa kecil Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan. Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.

MANUSIA BUKANLAH KEDELAI

Ada yang menarik dari pengalaman hidup kita, orang-orang disekitar kita atau dari cerita-cerita tentang kisah hidup sesorang. Manusia itu unik, manusia berbeda dengan kedelai. kalau kedelai dimasak, dikupas kulitnya, didinginkan trus diberi jamur tempe dpt dipastikan jadi tempe, kalau kedelai di haluskan trus diambil sarinya dapat dipastikan jadi tahu, kalau di rebus trus diproses pengasaman dapat dipastikan jadi tauco, melalui proses trus dicampur gula merah, dll dapat dipastikan jadi kecap. Dicampur tempung, dikasih air, trus digoreng jadilah rempeyek. deeste, deeste, deeste......

Kalau manusia yang jadi bahan bakunya kok enggak kayak kedele ya...... ?!

Kalo kedelai, seluruh kedele jadi tahu, jadi tempe, jadi tauco... tapi Manusia; perlakuan yang sama blm tentu hasilnya sama....!. Kesengsaraan hidup yang dilakoni sejak kecil bisa menghasilkan pribadi yang matang, pekerja keras. Tapi malah ada yang jadi pemalas, pasrah pada nasib, berjiwa pengemis, tidak punya semangat juang.

Hukuman bisa membuat manusia menyadari kesalahannya, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi ada juga menjadi pendendam, dengan sengaja melakukan kesalahan lagi bahkan yang lebih fatal.

Latar belakang keluarga yang kesulitan keuangan menjadi lahan tempaan untuk pribadi yang hemat, Tapi kondisi yang sama malah menghasilkan manusia yang boros, punya motto "hidup untuk hari ini". Musibah yang diterima dapat membuat manusia yang bersikap hati-hati, lebih teliti dan mawas diri. Tapi ada yang tertimpa musibah yang sama membuatnya jadi takut mencoba, paranoid bahkan gila.

Perlakuan yang tidak adil yang pernah ia terima dijadikan acuan diri untuk tidak melakukan perbuatan serupa, jadi lebih bijaksana. Tapi perlakuan yang sama dapat menciptakan pribadi yang lebih kejam, tanpa welas asih, semena-mena Pokoknya orang lain harus menerima perlakuan yang sama, seperti yang pernah ia rasakan dulu bahkan lebih.

EMAS DAN PERMATA

Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang Sufi tersohor bernama Zun-Nun. Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk banyak tujuan lain."

Sang sufi hanya tersenyum; ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar diseberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas.? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil." Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak." Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud.Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas". Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

BATU DAN BISIKAN


Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini sang pengusaha sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar.

Di pinggir jalan tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun karena berjalan terlalu kencang tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba dia melihat sesuatu yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak melintas. Aah..., ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang. Cittt....ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu dilemparkan. Jaguar yang tergores bukanlah perkara sepele. Apalagi kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Ditariknya seorang anak yang paling dekat, dan dipojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!! Lihat goresan itu!!", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil baru semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai tergores." Ujarnya lagi dengan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Sang anak tampak ketakutan dan berusaha meminta maaf. "Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. "Maaf Pak, aku melemparkan batu itu karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. "Itu di sana ada kakakku. Dia tergelincir dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat mengangkatnya dia terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.."

Kini ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. " Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda.? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu berat untukku."

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera diangkatnya anak yang cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat kedua anak itu pun berterima kasih dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih dan semoga Allah akan membalas perbuatanmu." Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Disusurinya jalan itu dengan lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele. Namun, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat.

"Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun adakah kita memacu hidup kita dengan cepat sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Allah akan selalu berbisik dalam jiwa dan berkata lewat kalbu kita. Kadang kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu hingga terlupa pada banyak hal yang melintas. Teman……., kadang memang ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

BERAT SEBUAH DO’A

Seorang wanita miskin terlihat sangat putus asa, ia berjalan menuju sebuah toko bahan makanan. Dia mendatangi pemilik toko dg merendahkan diri dan meminta agar ia dapat memperoleh sedikit kebutuhannya.Wanita itu menjelaskan bahwa suaminya sedang terbaring sakit dan tidak dapat bekerja, sedangkan mereka memiliki tujuh orang anak yg sedang kelaparan menunggu makanan. Pemilik toko memandang wanita itu dan meminta agar ia pergi meninggalkan tokonya. Mengingat kebutuhan keluarganya, wanita itu mengiba, “ Tolonglah, Pak !Saya janji akan membayarnya sesegera mungkin. Tolong, saya mengiba kebaikan anda untuk anak-anak saya yang lapar. “ Pemilik toko mengatakan bahwa ia tidak dapat memberikan hutang untuk barang-barang kepadanya.

Tak jauh dari situ, seorang pembeli lain, yaitu seorang pria yang terkenal di desa sebagai dermawan yang banyak membantu mereka yang sedang dalam kesulitan, mengikuti percakapan antara wanita itu dan pemilik toko. Ia lalu menghampiri sang pemilik toko dan berkata padanya bahwa ia akan membayar barang barang yang dibutuhkan wanita miskin itu untuk keluarganya.

Pemilik toko berkata dengan amat kesal, “ Apakah kamu punya daftar belanja ??? “, Wanita miskin itu menjawab, “ Ya, saya punya. “ “ Baiklah, “ kata pemilik toko dengan suara sedang, “ Taruh daftar belanjaanmu di atas timbangan dan seberat apapun daftar itu akan saya berikan sejumlah barang yang kau inginkan. “

Wanita miskin itu termenung sesaat, lalu ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan kertas dari dalam nya dan menuliskan sesuatu di kertas itu. Kemudian ia meletakkan kertas tersebut dengan hati-hati di atas timbangan sambil terus menunduk. Mata pemilik toko dan pria dermawan itu terbelalak terkejut melihat melihat timbangan kertas turun dan tetap turun.

Melihat hal itu pemilik toko berkata dalam hati, “ Aku tak dapat mempercayainya. “ Lalu ia mula menaruh barang-barang ke sisi yang satunya lagi . Timbangan belum setimbang sehingga ia terus dan terus mengisi timbangan dgn barang-barang sampai tidak muat apa-apa lagi. Pemilik toko terpaku dengan heran. Akhirnya, ia mengambil lembaran kertas itu dari timbangan dan menatapnya penuh keheranan. Kertas itu bukanlah sebuah daftar belanjaan, namun sebuah doa yang berbunyi : “ Ya Allah, Engkau mengetahui kebutuhanku dan aku menyerahkan ini semua ditangan- Mu.”

Pemilik toko mengemasi barang-barang kedalam kantung kemudian menyerahkan kepada wanita itu. Wanita miskin itu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan toko itu. Lalu pria dermawan itu mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikan kepada pemilik toko sambil berkata, “ Ini membayar barang-barang itu. “

Beberapa saat setelah itu, pemilik toko mendapati ternyata timbangannya memang tak salah, namun…..hanya Allah yang tahu berat sebuah Doa.

POHON APEL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.

Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih. Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel. Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku." Kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu. "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." Jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." Kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.